Written By Unknown on Sabtu, 07 Februari 2015 | 16.11

Sudahlah, Berhenti Minum Susu Sapi

Kamu suka minum susu? Jika tidak, berarti kamu beruntung. Sebab jika iya, penelitian kedokteran menunjukkan bahwa kesehatanmu sangat mungkin terganggu oleh anemia, migrain, perut kembung, gas di perut, indigestion, asma, kanker prostat, dan sejumlah kasus alergi yang berpotensi mengakibatkan kematian – terutama karena kita berasal dari ras kulit berwarna.
Tanpa melihat fakta ini, pemerintah Amerika terus berusaha menjadikan susu sebagai sajian rutin bagi makan siang anak-anak di sekolah. Demikian juga kita yang di Indonesia, nampaknya langsung mengikutinya. Melihat iklan para bule yang minum susu dengan kumis putih yang terlihat keren, kita jadi kepingin dan menirunya.
Isu mengenai susu ini memang terdengar rasis karena nyatanya memang hanya mereka dari ras kulit putih yang memiliki gen untuk mencerna laktosa, gula dominan dalam susu. Sementara itu, hampir 90% Afro-Amerika dan sebagian besar Ras Latin, Asia, dan Eropa Timur tidak memiliki gen yang mampu mencerna laktosa. Namun, di Amerika isu ini ternyata tidak menjadi perhatian pemerintah.
Bukan hanya laktosa yang menyebabkan susu ternyata tak baik dikonsumsi. Dalam proses produksinya, sapi perah di Amerika ternyata ditambah hormon BGH yang membuat infeksi kelenjar susu sapi. Penambahan hormon ini telah dilarang dibeberapa negara karena merugikan manusia. Selain itu, kalsium yang digembar-gemborkan berada dalam susu sapi adalah casein yang justru menghalangi penyerapan nutrisi di usus halus.
Mantan Ketua Bagian Kedokteran Anak di Johns Hopkins University, Frank Oski, M.D. bahkan menulis buku berjudul Jangan Minum Susu (Don’t Drink Your Milk). Ia menyalahkan satu dari dua masalah kesehatan yang diderita anak-anak terdapat pada susu komersial yang dipenuhi residu hormon. Infeksi telinga pada anak-anak di bawah usia 6 tahun, 60% dari kasus yang ada di Amerika disebabkan oleh susu. Konsumsi  susu juga menjadi penyebab nomor satu anemia akibat kekurangan zat besi (iron-deficiency anemia) pada bayi, menurut Asosiasi Kedokteran Anak Amerika (the American Association of Pediatrics.)

Lactose intolerance adalah gangguan “alergi makanan” yang paling banyak terjadi, tapi menyebutnya sebagai ‘alergi’ sebetulnya sama dengan menggunakan pandangan yang berkiblat pada orang kulit putih, yang meremehkan fakta bahwa sebagian besar manusia di dunia ini secara biologis tidak dirancang untuk mencerna susu sapi. Susu tidak ada manfaatnya bagi siapapun, tapi untuk sebagian sangat besar penduduk dunia –manusia berkulit warna– susu sapi adalah melapetaka kesehatan publik.
Nathan Seppa, dalam Cow’s Milk, Diabetes Connection Bolstered yang dimuat dalam Science News menyebutkan bayi yang minum susu formula memiliki kemungkinan mengidap diabetes tipe 1. Hal ini dikarenakan susu sapi mengurangi kemampuan tubuh bayi itu untuk membangun sistem imunnya. Selain itu, sistem imun bayi, juga menolak protein dari susu sapi. Namun sayangnya, fakta ini membuat industri susu membuat varian baru yang bebas laktosa.
Fakta-fakta ini memang masih menjadi perdebatan hangat di dunia kedokteran. Namun, lebih baik mencegah daripada mengobati kan? Segala kandungan dalam susu, termasuk kalsium dan proteinnya masih bisa kita dapatkan dari mengkonsumsi buah dan sayur kok.

Sumber:
Seppa, Nathan. 1999.  Cow’s Milk, Diabetes Connection Bolstered. Science News. Vol. 155. No. 26. Hal. 404-405 diunduh dari JSTOR.
Share this article :

0 komentar:

 
Support : Creating Website | Nagreg | Mas Template | Nagreg
| Copyright © 2016. Nagreg - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger